Pengertian Stoikiometri – Kali ini RumusKimia.net
akan berbagi penjelasan mengenai pengertian stoikiometri. Perlu sahabat ketahui
bahwa dahulu di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri
reaksi kimia, tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah
diberikan, teknik dan alat percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar.
Pengertian
Stoikiometri
Kata stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti
mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu
senyawa (stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri
reaksi).
Jadi
pengertian stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia atau persamaan
kimia.
Pengukuran massa dalam reaksi kimia
dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 –
1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa
(hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 – 1826)
menemukan bahwa unsur-unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu
(hukum perbandingan tetap).
Selanjutnya dalam rangka menyusun teori
atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia yang ketiga, yang disebut
hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori
kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar
tahun 1803.
Menurut Dalton, setiap materi terdiri
atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari
atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton
belum dapat menentukan perbandingan atom-atom dalam senyawa (rumus kimia zat).
Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa
dapat ditentukan, maka perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul
(Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus kimia
senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
Sejarah Awal Munculnya
Stoikiometri
Di awal sebelum adanya perhatian yang
banyak terhadap stoikiometri ini dimana belum adanya teknik dan alat percobaan
yang menghasilkan hasil yang benar, salah satu contoh teori yang terlibat di
dalamnya adalah teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis,
pembakaran adalah pelepasan zat dapat terbakar (dari zat yang terbakar). Zat
ini yang kemudian disebut ”flogiston”.
Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan
pembakaran sebagai pelepasan flogiston dari zat terbakar. Perubahan massa kayu
bila terbakar cocok dengan baik dengan teori ini. Namun, perubahan massa logam
ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini. Walaupun demikian flogistonis
menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya identik. Peningkatan massa
logam terkalsinasi adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha menjelaskan
anomali ini dengan menyatakan bahwa flogiston bermassa negatif.
Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont
(1579-1644) melakukan percobaan “willow” yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit
willow setelah mengukur massa pot bunga dan tanahnya. Karena tidak ada
perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia menganggap bahwa
massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia menyimpulkan
bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini, hipotesis
dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik
dari sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali
pentingnya stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.
Di akhir abad ke-18, kimiawan Jerman
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan konsep ekuivalen (dalam istilah
kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam/basa, yakni
hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen
Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah
tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan
hubungan antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya.
Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan
sabun dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting
secara praktis.
Pada saat yang sama Lavoisier
menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar konsep ekuivalen dengan
percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang menangani aspek
kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum fundamental
kimia, dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum reaksi
gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar
teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom. Namun, menarik
untuk dicatat bahwa, konsep ekuivalen digunakan sebelum teori atom dikenalkan.
Kemudian John Dalton mengenali bahwa penting
untuk menentukan massa setiap atom karena massanya bervariasi untuk setiap
jenis atom. Atom sangat kecil sehingga tidak mungkin menentukan massa satu
atom. Maka ia memfokuskan pada nilai relatif massa dan membuat tabel massa atom
untuk pertamakalinya dalam sejarah manusia. Dalam tabelnya, massa unsur teringan,
hidrogen ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom adalah nilai
relatif, artinya suatu rasio tanpa dimensi. Walaupun beberapa massa atomnya
berbeda dengan nilai modern, sebagian besar nilai-nilai yang diusulkannya dalam
rentang kecocokan dengan nilai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ide dan
percobaannya benar.
Kemudian kimiawan Swedia Jons Jacob
Baron Berzelius (1779-1848) menentukan massa atom dengan oksigen sebagai
standar (O = 100). Karena Berzelius mendapatkan nilai ini berdasarkan analisis
oksida, ia mempunyai alasan yang jelas untuk memilih oksigen sebagai standar.
Namun, standar hidrogen jelas lebih unggul dalam hal kesederhanaannya. Kini,
setelah banyak diskusi dan modifikasi, standar karbon digunakan. Dalam metode
ini, massa karbon 12C dengan 6 proton dan 6 neutron didefinisikan
sebagai 12,0000. Massa atom dari suatu atom adalah massa relatif pada standar
ini. Walaupun karbon telah dinyatakan sebagai standar, sebenarnya cara ini
dapat dianggap sebagai standar hidrogen yang dimodifikasi.
Demikian penjelasan seputar
stoikiometri baik mengenai pengertian stoikiometri maupun
sejarah awal munculnya stoikiometri. Jadi yang dimaksud dengan
stoikiometri yaitu sebuah ilmu yang mempelajari serta menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Semoga bermanfaat.
PENGERTIAN STOIKIOMETRI DAN SEJARAH MUNCULNYA
4/
5
Oleh
Tehansya dulesta